exchanged link



kode link sony santoso

sony’s

About Me

My photo
BALIKPAPAN, Kalimantan Timur, Indonesia
friendly and moderate , trying to become goodness and becoming ownself .

Tuesday 30 November 2010

Adat Istiadat Suku Dayak


Suku Dayak adalah suku asli Kalimantan yang hidup berkelompok yang tinggal di pedalaman, di gunung, dan sebagainya. Kata Dayak itu sendiri sebenarnya diberikan oleh orang-orang Melayu yang datang ke Kalimantan. Orang-orang Dayak sendiri sebenarnya keberatan memakai nama Dayak, sebab lebih diartikan agak negatif. Padahal, semboyan orang Dayak adalah “Menteng Ueh Mamut”, yang berarti seseorang yang memiliki kekuatan gagah berani, serta tidak kenal menyerah atau pantang mundur
ASAL MULA
Pada tahun (1977-1978) saat itu, benua Asia dan pulau Kalimantan yang merupakan bagian nusantara yang masih menyatu, yang memungkinkan ras mongoloid dari asia mengembara melalui daratan dan sampai di Kalimantan dengan melintasi pegunungan yang sekarang disebut pegunungan “Muller-Schwaner”. Suku Dayak merupakan penduduk Kalimantan yang sejati. Namun setelah orang-orang Melayu dari Sumatra dan Semenanjung Malaka datang, mereka makin lama makin mundur ke dalam.

Belum lagi kedatangan orang-orang Bugis, Makasar, dan Jawa pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit. Suku Dayak hidup terpencar-pencar di seluruh wilayah Kalimantan dalam rentang waktu yang lama, mereka harus menyebar menelusuri sungai-sungai hingga ke hilir dan kemudian mendiami pesisir pulau Kalimantan. Suku ini terdiri atas beberapa suku yang masing-masing memiliki sifat dan perilaku berbeda.

Suku Dayak pernah membangun sebuah kerajaan. Dalam tradisi lisan Dayak, sering disebut ”Nansarunai Usak Jawa”, yakni sebuah kerajaan Dayak Nansarunai yang hancur oleh Majapahit, yang diperkirakan terjadi antara tahun 1309-1389 (Fridolin Ukur,1971). Kejadian tersebut mengakibatkan suku Dayak terdesak dan terpencar, sebagian masuk daerah pedalaman. Arus besar berikutnya terjadi pada saat pengaruh Islam yang berasala dari kerajaan Demak bersama masuknya para pedagang Melayu (sekitar tahun 1608).

Sebagian besar suku Dayak memeluk Islam dan tidak lagi mengakui dirinya sebagai orang Dayak, tapi menyebut dirinya sebagai orang Melayu atau orang Banjar. Sedangkan orang Dayak yang menolak agama Islam kembali menyusuri sungai, masuk ke pedalaman di Kalimantan Tengah, bermukim di daerah-daerah Kayu Tangi, Amuntai, Margasari, Watang Amandit, Labuan Lawas dan Watang Balangan. Sebagain lagi terus terdesak masuk rimba. Orang Dayak pemeluk Islam kebanyakan berada di Kalimantan Selatan dan sebagian Kotawaringin, salah seorang Sultan Kesultanan Banjar yang terkenal adalah Lambung Mangkurat sebenarnya adalah seorang Dayak (Ma’anyan atau Ot Danum)

Tidak hanya dari nusantara, bangsa-bangsa lain juga berdatangan ke Kalimantan. Bangsa Tionghoa diperkirakan mulai datang ke Kalimantan pada masa Dinasti Ming tahun 1368-1643. Dari manuskrip berhuruf kanji disebutkan bahwa kota yang pertama di kunjungi adalah Banjarmasin. Tetapi masih belum jelas apakah bangsa Tionghoa datang pada era Bajarmasin (dibawah hegemoni Majapahit) atau di era Islam.

Kedatangan bangsa Tionghoa tidak mengakibatkan perpindahan penduduk Dayak dan tidak memiliki pengaruh langsung karena langsung karena mereka hanya berdagang, terutama dengan kerajaan Banjar di Banjarmasin. Mereka tidak langsung berniaga dengan orang Dayak. Peninggalan bangsa Tionghoa masih disimpan oleh sebagian suku Dayak seperti piring malawen, belanga (guci) dan peralatan keramik.

Sejak awal abad V bangsa Tionghoa telah sampai di Kalimantan. Pada abad XV Raja Yung Lo mengirim sebuah angkatan perang besar ke selatan (termasuk Nusantara) di bawah pimpinan Chang Ho, dan kembali ke Tiongkok pada tahun 1407, setelah sebelumnya singgah ke Jawa, Kalimantan, Malaka, Manila dan Solok. Pada tahun 1750, Sultan Mempawah menerima orang-orang Tionghoa (dari Brunei) yang sedang mencari emas. Orang-orang Tionghoa tersebut membawa juga barang dagangan diantaranya candu, sutera, barang pecah belah seperti piring, cangkir, mangkok dan guci (Sarwoto kertodipoero,1963)

Dibawah ini ada beberapa adat istiadat bagi suku dayak yang masih terpelihara hingga kini, dan dunia supranatural Suku Dayak pada zaman dahulu maupun zaman sekarang yang masih kuat sampai sekarang. Adat istiadat ini merupakan salah satu kekayaan budaya yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia, karena pada awal mulanya Suku Dayak berasal dari pedalaman Kalimantan.

* Upacara Tiwah

Upacara Tiwah merupakan acara adat suku Dayak. Tiwah merupakan upacara yang dilaksanakan untuk pengantaran tulang orang yang sudah meninggal ke Sandung yang sudah di buat. Sandung adalah tempat yang semacam rumah kecil yang memang dibuat khusus untuk mereka yang sudah meninggal dunia.

Upacara Tiwah bagi Suku Dayak sangatlah sakral, pada acara Tiwah ini sebelum tulang-tulang orang yang sudah mati tersebut di antar dan diletakkan ke tempatnya (sandung), banyak sekali acara-acara ritual, tarian, suara gong maupun hiburan lain. Sampai akhirnya tulang-tulang tersebut di letakkan di tempatnya (Sandung).

* Dunia Supranatural

Dunia Supranatural bagi Suku Dayak memang sudah sejak jaman dulu merupakan ciri khas kebudayaan Dayak. Karena supranatural ini pula orang luar negeri sana menyebut Dayak sebagai pemakan manusia ( kanibal ). Namun pada kenyataannya Suku Dayak adalah suku yang sangat cinta damai asal mereka tidak di ganggu dan ditindas semena-mena. Kekuatan supranatural Dayak Kalimantan banyak jenisnya, contohnya Manajah Antang. Manajah Antang merupakan cara suku Dayak untuk mencari petunjuk seperti mencari keberadaan musuh yang sulit di temukan dari arwah para leluhur dengan media burung Antang, dimanapun musuh yang di cari pasti akan ditemukan.

Mangkok merah. Mangkok merah merupakan media persatuan Suku Dayak. Mangkok merah beredar jika orang Dayak merasa kedaulatan mereka dalam bahaya besar. “Panglima” atau sering suku Dayak sebut Pangkalima biasanya mengeluarkan isyarat siaga atau perang berupa mangkok merah yang di edarkan dari kampung ke kampung secara cepat sekali. Dari penampilan sehari-hari banyak orang tidak tahu siapa panglima Dayak itu. Orangnya biasa-biasa saja, hanya saja ia mempunyai kekuatan supranatural yang luar biasa. Percaya atau tidak panglima itu mempunyai ilmu bisa terbang kebal dari apa saja seperti peluru, senjata tajam dan sebagainya.

Mangkok merah tidak sembarangan diedarkan. Sebelum diedarkan sang panglima harus membuat acara adat untuk mengetahui kapan waktu yang tepat untuk memulai perang. Dalam acara adat itu roh para leluhur akan merasuki dalam tubuh pangkalima lalu jika pangkalima tersebut ber “Tariu” ( memanggil roh leluhur untuk untuk meminta bantuan dan menyatakan perang ) maka orang-orang Dayak yang mendengarnya juga akan mempunyai kekuatan seperti panglimanya. Biasanya orang yang jiwanya labil bisa sakit atau gila bila mendengar tariu.

Orang-orang yang sudah dirasuki roh para leluhur akan menjadi manusia dan bukan. Sehingga biasanya darah, hati korban yang dibunuh akan dimakan. Jika tidak dalam suasana perang tidak pernah orang Dayak makan manusia. Kepala dipenggal, dikuliti dan di simpan untuk keperluan upacara adat. Meminum darah dan memakan hati itu, maka kekuatan magis akan bertambah. Makin banyak musuh dibunuh maka orang tersebut makin sakti.

Mangkok merah terbuat dari teras bambu (ada yang mengatakan terbuat dari tanah liat) yang didesain dalam bentuk bundar segera dibuat. Untuk menyertai mangkok ini disediakan juga perlengkapan lainnya seperti ubi jerangau merah (acorus calamus) yang melambangkan keberanian (ada yang mengatakan bisa diganti dengan beras kuning), bulu ayam merah untuk terbang, lampu obor dari bambu untuk suluh (ada yang mengatakan bisa diganti dengan sebatang korek api), daun rumbia (metroxylon sagus) untuk tempat berteduh dan tali simpul dari kulit kepuak sebagai lambang persatuan. Perlengkapan tadi dikemas dalam mangkok dari bambu itu dan dibungkus dengan kain merah.

Menurut cerita turun-temurun mangkok merah pertama beredar ketika perang melawan Jepang dulu. Lalu terjadi lagi ketika pengusiran orang Tionghoa dari daerah-daerah Dayak pada tahun 1967. pengusiran Dayak terhadap orang Tionghoa bukannya perang antar etnis tetapi lebih banyak muatan politisnya. Sebab saat itu Indonesia sedang konfrontasi dengan Malaysia.

Menurut kepercayaan Dayak, terutama yang dipedalaman Kalimantan yang disampaikan dari mulut ke mulut, dari nenek kepada bapak, dari bapak kepada anak, hingga saat ini yang tidak tertulis mengakibatkan menjadi lebih atau kurang dari yang sebenar-benarnya, bahwa asal-usul nenek moyang suku Dayak itu diturunkan dari langit yang ke tujuh ke dunia ini dengan “Palangka Bulau” ( Palangka artinya suci, bersih, merupakan ancak, sebagai tandu yang suci, gandar yang suci dari emas diturunkan dari langit, sering juga disebutkan “Ancak atau Kalangkang” ).
sumber : http://www.swaberita.com/2008/05/19/nusantara/adat-istiadat-suku-dayak.html
Continue reading...

Wednesday 10 November 2010

ARTI KEHIDUPAN


Kehidupan mempunyai banyak dimensi, banyak lapis dan fase. Di satu sisi, semuanya dapat berpadu bersama dalam meneruskan interaksi dinamis satu sama lainnya. Kehidupan adalah suatu perpaduan (integrasi) dari kesemuanya. Akan tampak bodoh bila kemudian ada usaha memisah-misahkan dan menganalisis kehidupan sebagaimana para ilmuwan sering melihat sesuatu hanya dalam satu bidang (sudut pandang) mikroskopik, melihat sesuatu hanya dalam satu dimensi saja, yang akan membuat pandangan menjadi timpang dan tidak seimbang. Atau melihat dengan sudut pandang teleskopik, yang juga akan membawa pada generalisasi yang terlalu umum sehingga justru terjadi reduksionisme yang simplistik.
Hidup dengan menggunakan visi teropong maupun mikroskop, beresiko membawa sudut pandangnya menjadi sempit dan tidak seimbang, karena hanya mementingkan satu aspek kehidupan dan kemudian mengabaikan aspek-aspek lainnya. Akibat dari ketidakproporsionalan cara pandang dan ketidakseimbangan ini jelas amat berbahaya: yaitu terbelahnya pribadi dan masyarakat, sebagaimana orang yang hidup dalam satu dimensi saja, atau seraya mengabaikan keutuhan kehidupan.

Sebagai contoh sederhana, misalnya seorang dokter yang hanya melihat dan mengobati penyakit dari gejala fisik tapi sama sekali mengabaikan faktor psikologis pasien. Atau seorang yang semata-mata melihat kepadatan penduduk hanya sebagai angka statistik dan mengabaikan psikologi masyarakat, sehingga diciptakannyalah transmigrasi sekelompok masyarakat berkepribadian keras, dipaksakan untuk hidup dalam wilayah masyarakat yang menjunjung tinggi kesopanan dan tatakrama. Pada ujungnya, dua kelompok masyarakat tadi justru saling membunuh satu sama lain. Di sepanjang zaman, manusia terlihat terbelenggu dalam kebodohan semacam ini, hanya saja dalam skala yang berbeda-beda.
Ada satu hal lain dalam dimensi kehidupan kita ketika seorang manusia tengah mencari apa yang disebut dengan kebahagiaan sejati. Kebahagiaan, ternyata tidak dapat dijamin oleh limpahan harta duniawi ataupun kedudukan di mata manusia. Kebahagiaan yang sangat tidak dapat diukur oleh banyaknya rasa senang. Kebahagiaan sejati yang sebenarnya, bukanlah manusia yang dapat menciptakannya.
Kebahagiaan sejati akan dapat dirasakan ketika Dzat Yang Maha Kuasa pencipta takdir, pencipta kehidupan turun menganugerahkan kepada kita, yang kadangkala –kalau tidak disebut seringkali— hadir tidak lewat keadaan yang kasat mata, namun akan terasakan di dalam diri kita, di dalam batin manusia. Untuk itulah, ketika manusia menyadari ada rasa yang lain dalam dirinya, semestinya dia menyadari bahwa ada dimensi lain dalam dirinya yang disebut sebagai dimensi batiniah seorang manusia, yang tidak seorang pun dapat menyangkalnya. Sebuah dimensi yang seringkali akal manusia tidak mampu mencernanya dengan sempurna, sehingga melahirkan bentuk interpretasi yang beragam pula. Masing-masing menafsirkan sesuai dengan apa yang ada dalam benak mereka.
Maka tidaklah mengherankan apabila Allah sering mengungkapkan sindiran kepada manusia yang tidak mengakui adanya aspek batin dalam diri, yaitu apa yang disebut dengan qalbu nurani, yang letaknya pun bukanlah seperti apa yang digambarkan para ahli kedokteran berupa jantung, tapi berada dalam dimensi yang berbeda. Qalbu yang di dalamnya terletak aspek keimanan. Firmannya,
“Berkata seorang Arab badui ,‘Kami telah beriman.’ Katakanlah, ‘Kamu belum beriman, tapi katakanlah kamu telah tunduk, karena iman itu belum masuk ke dalam qalbu-mu.” (QS Al-Hujurat [49] : 14)
Qalbu juga yang menjadi tempat ujian dimana syetan yang terkutuk akan berjuang menggelincirkan dan menyesatkan manusia ke jalan kemurkaan Allah. Firmannya,
“….Bahkan qalbu mereka telah menjadi keras dan syetan pun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS Al-An’aam [6] : 43)
“Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada qalbu mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah.” (QS at-Taubah [9] : 77)
Berdasarkan beberapa ayat di atas, dapat ditarik pelajarannya bahwa, apabila kita ingin agar Alquran mampu menyentuh qalbu manusia dengan sentuhan yang benar, dimana qalbu bisa memperoleh manfaat dari Alquran, maka kita wajib mengobatinya terlebih dahulu, dengan cara menjadikan qalbu itu beriman dengan sebenar-benarnya. Oleh karena itu –bertolak dari uraian di atas— titik perhatian yang seharusnya selalu menjadi pusat pemikiran dan kerja pendidik sejak awal adalah perbaikan qalbu (ishlah al-qalb). Kegagalan dalam hal ini merupakan indikator dari adanya gejala pembodohan pendidikan, ketidaktekunan murid, atau kesalahan sistemnya.
Untuk itulah Rasulullah selalu memberikan nasihat kepada para umatnya agar selalu berhati-hati dalam menggunakan qalbu-nya.
Demikian pula ketika kita mencoba mengkaji bentuk ibadah yang telah Nabi ajarkan bagi umatnya, ibadah yang memegang peranan yang sangat penting, khususnya sangat berpengaruh benar dalam upaya menumbuhkan keimanan dan ketakwaan seorang umat Muhammad Saw., yaitu ibadah shalat.
Ketika kita hanya mengkaji ibadah ini dari aspek aturan fikih belaka, atau aturan lahiriahnya, maka tidak heran apabila kita menemukan umat Islam merasa sangat berat, apalagi ibadah ini harus dilakukannya sepanjang hidupnya sehari lima kali. Pada era modern ini, kita bahkan banyak menemukan umat sudah tidak lagi merasa bergairah menjalankan ibadah shalat, kalau tidak ingin disebut jarang melengkapi lima waktu tersebut.
Mereka yang cukup rajin pun sudah sering merasa kekeringan dalam pelaksanaan shalat tersebut. Ini disebabkan karena dimensi batinnya telah lama tidak mereka rasakan. Shalat tidak lagi dijadikan sebagai sarana indikator kedekatan mereka dengan Allah. Shalat tidak lagi dikejar karena mereka merasakan tidak banyaknya manfaat yang bisa diperoleh ketika shalat, selain dari sekedar melaksanakan kewajiban saja.
Tapi akan dirasakan berbeda apabila setiap Muslim mencari manfaat apa sebenarnya yang dapat diperoleh ketika mereka menjalankan shalat? Mengapa Allah menurunkan bentuk kewajiban shalat tersebut kepada umat Islam? Apakah shalat itu merupakan kewajiban bagi manusia agar dapat menyembah Tuhannya belaka, tanpa ada faidah bagi penyembahnya itu sendiri? Apabila pertanyaan demi pertanyaan tersebut dapat terjawab, maka umat Islam tentunya akan dapat memaknai setiap gerak hidupnya dengan benar.
Mari kita perhatikan beberapa ungkapan Nabi selaku pembawa risalah kebenaran ini.
Rasulullah bersabda,
“Apabila shalat seseorang tidak mencegahnya dari berbuat keji dan munkar, maka ia tidak mendapat apa pun kecuali semakin bertambah jauh darinya.”
Nabi juga bersabda,
“Banyak orang yang melaksanakan shalat, tetapi yang diperolehnya tiada lain hanyalah letih dan payah, karena melaksanakan shalat itu sendiri.” (H.R. An-Nasa’i).
“Tiada diperoleh seorang hamba dari shalatnya kecuali apa ada dalam pikirannya pada saat melaksanakan shalat.” (HR Abu Dawud dan Nasa’i).
Alangkah beruntungnya ketika seorang hamba memahami makna shalat sebenarnya sebagaimana Rasulullah ungkapkan,
“Ketika ia melaksanakan shalat, seorang hamba tengah bercakap mesra dan akrab dengan Tuhannya.” (HR Bukhari Muslim).
Inilah makna sebenarnya ibadah shalat, ibadah yang mengandung sebuah hubungan batin seorang hamba dengan Sang Pencipta, ibadah yang bernuansa sakral karena keyakinan manusia yang berada dalam dimensi batiniyah dalam mengadakan hubungan khusus dengan zat yang ghaib. Inilah makna ihsan.
Allah mewajibkan shalat kepada setiap umat Muhammad, karena dalam ibadah itu terkandung sebuah makna pengabdian yang tinggi seorang hamba kepada Penciptanya. Dalam ibadah shalat juga, seandainya dilakukan secara ikhlas, tidak karena semata-mata menjalankan beban kewajiban, akan diperoleh limpahan cahaya petunjuk dari Allah yang berfungsi menjernihkan hati nurani atau qalbu setiap hamba Allah yang beribadah secara ikhlas tersebut. Setiap rakaat shalat memiliki makna yang sangat mendalam karena hadirnya proses pensucian jiwa yang tadinya terkotori oleh tindakan dosa kita. Untuk itulah kering atau gersang tidaknya ibadah shalat kita bergantung dari seberapa besar motivasi kita dalam melaksakan ibadah tersebut. Sedangkan seringkali, untuk mendapatkan motivasi, kita membutuhkan ‘bahan bakar’ berupa pemahaman maupun keluasan cakrawala pandang untuk lebih memahami persoalan.
Dalam sisi dimensi batin lainnya, gerakan shalat memiliki makna simbolik yang sangat mendalam. Sejak posisi berdiri, ruku dan sujud merupakan sebuah proses perjalanan manusia dalam rangka mencari kebenaran, mencari pemilik kebenaran, proses pendakian menuju kasih sayang dan kedekatan Allah Azza wa Jalla. Simbol tersebut merupakan langkah yang harus kita tempuh dalam rangka upaya manusia agar dapat menjadikan hari ini lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok akan lebih baik dari hari ini.
Posisi berdiri melambangkan posisi akal atau rasio berada di atas qalbu manusia, artinya pada awal kehidupan, kita menempatkan akal kita terlebih dahulu sebelum menggunakan qalbu, atau bahkan tidak menggunakan qalbunya. Kondisi ini pula yang dialami oleh sebagian besar umat Islam sekarang. Mereka begitu mengagungkan akal, aspek lahiriyah dan mengabaikan qalbu dalam memutuskan kebenaran sebuah persoalan.
Bagi seorang hamba yang berharap banyak memperoleh kebenaran, dia tidak akan pernah merasa puas dengan posisi pertama. Dia akan berjuang melangkah pada posisi berikutnya yaitu posisi ruku’, yaitu memposisikan akal sejajar dengan qalbu. Ada hubungan yang seimbang dalam pertimbangan tentang sebuah persoalan, melibatkan qalbu dan akal sejajar, saling membantu dan bekerja sama, saling menyediakan dan menyatukan data ‘bumi’ dan data ‘langit’ untuk diaplikasikan dalam persoalan kehidupannya.
Dan posisi yang terbaik dalam kehidupan manusia beriman adalah posisi sujud, yang disebutkan juga oleh Rasulullah sebagai posisi terdekat seorang hamba dengan Tuhannya, yaitu ketika menempatkan qalbu di atas akalnya. Ketika akal atau aspek lahiriyah melihat sebuah persoalan, akal mencernanya dengan maksimal, baru qalbu yang telah hidup karena telah tersucikan dari dosa menjadi hakim, menjadi raja dalam memutuskan langkah berikutnya. Sedangkan pada tahap ini, rasio akan menjadi penasihat terdekat dari Qalbunya, dalam hal penerapan dan pengaplikasian petunjuk Allah ke alam mulk, atau alam fisik ini.
Nabi bersabda,
“Seorang hamba tidak akan pernah lebih dekat kepada Allah Swt. Kecuali ketika ia tengah bersujud.” (HR Muslim).
Saad bin Jubair pernah berkata,
“Tiada sesuatu pun di dunia ini yang kumintai pertolongan kecuali lewat sujud dalam shalat.”
Sedang ‘Uqbah bin Muslim berkata,
“Tiada sesuatu pada manusia yang lebih disukai Allah selain memperlama perjumpaan dengan-Nya. Dan tiada saat dalam kehidupan manusia yang teramat dekat dengan-Nya, kecuali ketika ia tersungkur bersujud kepada-Nya.”
Abu Hurairah ra. pernah berkata,
“Saat paling dekatnya seorang hamba kepada-Nya ialah ketika ia sedang bersujud, dan kemudian memperbanyak doa.”
Semua kata-kata tadi mengisyaratkan, bahwa untuk senantiasa ada dalam posisi terdekat dengan Allah bukanlah semata-mata kita harus sujud setiap saat. Hal ini, dalam dimensi yang lebih dalam, juga berarti seorang hamba akan senantiasa dalam keadaan yang terdekat dengan Allah ketika Qalbunya telah hidup dan suci, yang mampu menempatkan dirinya untuk berada dalam posisi diatas rasionya.
Demikianlah uraian yang sangat singkat dalam memaparkan aspek batiniyah dalam shalat, hanya sebagai contoh bahwa Allah sang pemilik segala ilmu, menempatkan semua isyarat mengenai diri-Nya, maupun petunjuk bagi hamba-Nya, di dalam segala hal di alam ini. Kompleksitas diri-Nya yang Maha Tinggi membuatnya mampu membuat segala hal mengisyaratkan dan menyimpan ilmu bagi manusia, dalam dimensi lahiriyah maupun batiniyahnya. Tentu, masih banyak lagi hikmah lain dari ibadah tersebut yang Allah ajarkan kepada setiap hamba-Nya yang yang khusus, yang Dia sucikan.
Wallahu a’lam bish-shawab.
Sumber : http://menjernihkanfikiran.blogspot.com/2007/12/menjernihkan-hati-dan-fikiran.html
Continue reading...

Tuesday 9 November 2010

Beruang Madu Terancam Punah


Peneliti asal Ceko, Stanislav Lhota, M.sc, Ph.D memberi kabar mengejutkan bagi kota Balikpapan. Selama beberapa tahun penelitiannya di Hutan Lindung Sungai Wain dan pesisir Teluk Balikpapan, dirinya memberi sinyal mengkhawatirkan bagi spesies yang terancam punah. Salah satunya adalah maskot kota Balikpapan adalah hewanBeruang Madu.
Dari data yang menjadi pegangan Stanis adalah IUCN Red List mencatat sebanyak 8 jenis mamalia yang ditemukan di Balikpapan terancam punah (Endangered) secara global, seperti Bekantan (Nasalis larvatus), Uwa-uwa Kalimantan (Hylobates muelleri), Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus), Trenggiling (Manis javanica), Musang Air Bennet (Cynogale bennettii), Berang-berang Sumatera (Lutra sumatrana), Kucing Tandang (Prionailurus planiceps) dan Kucing Merah (Pardofelis badia). Selain itu, terdapat 17 spesies yang termasuk kategori rentan (Vulnerable). Seperti Beruang Madu (Helarctos malayanus), yang merupakan satwa maskot Balikpapan, dan juga Binturong (Artictis binturong), Macan Dahan (Neofelis diardii), Kucing Batu (Pardofelis marmorata), Pesut (Orcaela brevirostris) dan Duyung (Dugong dugon).
Stanis menganggap keanekaragaman mamalia dan binatang lain di Balikpapan berada di bawah ancaman yang serius. Salah satu ancaman ini adalah fragmentasi ekosistem. Setiap tahun hutan yang tersisa masih saja di jarah dan diisolasikan dari fragment-fragment hutan lain sehingga menyebabkan binatang tidak bisa bergerak di antara fragment-fragment itu yang dapat menambah risiko kepunahan lokal“ .Stanis menyebutkan satu spesies mamalia yang telah punah di Balikpapan adalah banteng (Bos javanicus) dan tidak menutup kemungkinan spesies yang lainnya bisa ikut punah. Tetapi pria asal Ceko ini masih bersyukur setelah melihat dua ekosistem utama yaitu hutan Lindung Sungai Wain dan pesisir Teluk Balikpapan belum diisolasikan.Masih ada biokoridor (jalan hijau) seluas 5.656 hektar di antara hutan lindung dan pesisir, melalui DAS (Daerah Aliran Sungai) Selok Puda, Sungai Tengah, Berenga, Tempadung, Baruangin dan Kemantis. „Tetapi koridor ini perlu dilindungi jika semua itu ingin diselamatkan dari ancaman kepunahan,“ tegasnya.Stanis menilai anncaman utama untuk biokoridor (jalur hijau) ini adalah perencanaan membuat jalan penghubungan ke Jembatan Pulau Balang yang melewati perbatasan barat Hutan Lindung Sungai Wain dan pesisir barat Balikpapan. Jalan ini akan memotong semua koridor yang masih tersisa dan akan membuka akses untuk bermacam-macam aktivitas yang nantinya akan merusak hutan dan pesisir, termasuk illegal logging, kebakaran hutan dan pemburuan. „Ini akan sangat membahayakan reputasi Kalimantan Timur sebagai provinsi hijau (Green Province). Tetapi bencana ini bisa dihindari dengan cara pembuatan jembatan alternatif dari Tanjung Batu ke Gunung Seteleng, agar jalan penghubungnya tidak perlu dibangun melalui sepanjang perbatasan Hutan Lindung Sungai Wain dan pesisir barat Balikpapan,” katanya.Dengan alternatif itu, keanekaragaman satwa kota Balikpapan yang di kenal unik di seluruh dunia menjadi bisa diselamatkan. Balikpapan menurutnya adalah kota yang sangat unik di dunia karena kekayaan jenis satwa dan tanamam liar yang masih terdapat di dalam wilayah administratifnya. Hal ini ditunjukkan oleh jumlah spesies mamalia yang telah ditemukan oleh beberapa peneliti dari Indonesia dan dari negara luar. Sampai saat ini, sebanyak 94 spesies mamalia sudah terdaftar di Balikpapan. Tetapi sangat mungkin jumlah ini akan bertambah menjadi lebih dari 100 spesies setelah dilakukan penelitian lengkap tentang mamalia kecil seperti tikus, curut atau kelelawar. Namun, jumlah spesies mamalia kecil masih belum dapat di pastikan.Terdapat 29 spesies mamalia yang ditemukan di Balikpapan dan dilindungi di Indonesia sesuai dengan PP No. 7 tahun 1999. Sebanyak 83 spesies dari 94 spesies mamalia yang diketahui di Balikpapan, kebanyakan ditemukan di Hutan Lindung Sungai Wain. “Namun sampai saat ini ada juga 11 spesies yang hanya dapat dilihat di luar area yang dilindungi seperti empat spesies mamalia laut yakni duyung, pesut, lumba-lumba hidung botol dan lumba-lumba tanpa sirip pungung,” ujarnya.
sumber ; http://www.wisatakaltim.com/berita/beruang-madu-terancam-punah/
Continue reading...

SEJARAH KOTA BALIKPAPAN


Kota Balikpapan sebenarnya hanyalah sebuah kotamadya, meski demikian kota Balikpapan lebih ramai ketimbang ibukota Kalimantan Timur yaitu kota Samarinda. Sarana dan prasarana kota Balikpapan lebih lengkap, seperti Bandar udara, pelabuhan dan hotel-hotel bertaraf internasional. Sehingga orang-orang di luar Kalimantan Timur lebih mengenal Balikpapan daripada Samarinda. Kota ini memang lebih dulu dikenal jauh sebelum Samarinda berkembang seperti sekarang.Balikpapan adalah kota perusahaan minyak bumi, sumber devisa bagi Kalimantan Timur, atau sebuah kota Pertamina sejak tahun 1889. pada saat itu pemerintahan dipimpin Sultan Kutai Kartanegara ke-17, Sulan Am Sulaiman
Menurut cerita rakyat yang masih hidup di kalangan masyarakat, konon pada tahun 1783 di tanah Pasir sudah berlangsung sistem pemerintahan kerajaan yang teratur, rakyat hidup berkecukupan. Kekuasaan Raja meliputi daerah yang sangat luas sampai kebagian selatan. Daerah itu berupa sebuah teluk yang indah dan mengandung hasil bumi dengan hasil laut yang cukup besar. Masyarakat yang bermukim di sepanjang teluk hidup sebagai petani dan nelayan. Mereka hidup dalam suasana yang damai dan makmur. Sultan yang memerintah pada waktu itu adalah Aji Muhammad. Sebuah nama yang melambangkan kebesaran dan kesucian jiwa pemiliknya.

Aji Muhammad mempunyai seorang putri bernama Aji Tatin. Setelah dewasa, Aji Tatin menikah dengan seorang bangsawan Raja Kutai. Untuk masa depannya, Aji Tatin menuntut warisan kepada ayahnya. Aji Muhammad pun menyerahkan wilayah teluk, saat itu belum menjadi sebuah kota dan belum memiliki nama.
Pada suatu hari, orang-orang kepercayaan Aji Tatin sedang memungut upeti dari rakyat berupa papan dengan menggunakan perahu.
Ketika mereka sedang mendayung perahu menggunakan tanggar (galah) yang disebut tokong, tiba-tiba datanglah angin topan dahsyat.
Perahu Aji Tatin terbalik diterpa badai. Para pendayung berusaha membawa perahu mereka merapat ke pantai, namun tidak berdaya karena diserang topan dan gelombang ganas. Tidak berapa lama, perahu pun terhempas ke sebuah pulau karang. Tokong(galah) pendayung patah dan perahu yang sarat muatan papan itu karam.
Pemimpinnya, Panglima Sendong dan anak buahnya meninggal.
Demikian asal usul nama Balikpapan yang diambil dari peristiwa perahu berisi papan yang terbalik diterpa badai.
Pulau karang penyebab malapetaka itu akhirnya makin besar dan menjadi sebuah pulau yang ditumbuhi pohon-pohon. Pulau itu dinamakan Pulau Tukung sampai sekarang.
Continue reading...

Thursday 4 November 2010


Kata yang paling indah di bibir umat manusia adalah ibu dan panggilan paling indah adalah ibuku ini adalah kata penuh harapan dan cinta kata manis yang keluar dari kedalaman hati ku , aku ingat dengan ibuku fren . ' ma'afkan aku ibu '
hanya kata yang mampu aku ucapkan untuk ibuku tanpa mampu membalas budi , maksud hati ingin sekali memeluk gunung tapi apa daya tanganku tak sampai niat hati ingin bahagiakan ibuku tapi aku tak mampu fren . Ibuku adalah lagu yang tak berujung dalam kenyamanan kebahagiaan dan hatiku,
kadang liriknya lupa tetapi nadanya selalu teringat . Cinta seorang ibu adalah bahan bakar yang memungkinkan
manusia normal untuk melakukan hal yang mustahil . Tak ada hal yang dapat membuatmu sebahagia
atau sesedih atau sebangga atau secapek seorang ibu . Seorang ibu yang waspada berjaga dengan malam,
walaupun bayinya tertidur dengan lelap . Seorang anak dapat dengan mudah mengabaikan ibunya,
namun hingga kiamat tiba bahkan seorang ibu
tidak dapat mengabaikan anaknya . Beberapa ibu penyayang dan beberapa ibu pemarah,
tetapi cintanya tetap sama, dan sebagian besar ibu penyayang dan pemarah . Ibu adalah seseorang yang secepatnya kau hampiri bila kau dalam masalah . Ibu adalah sahabat sejati, hanya ibulah yang tetap bersama kita dalam semua kesusahan,
kesedihan dan saat tergelap dalam hidup kita . Bertumbuh kembang tak ada artinya bagi seorang ibu,
seorang anak tetaplah seorang anak . Untuk mengerti cinta ibumu, kau harus membesarkan anakmu sendiri .
Seorang pria bekerja dari matahari terbit hingga matahari terbenam,
tetapi pekerjaan seorang ibu tak pernah selesai
Begitu aku berhenti melihat ibuku dengan mata seorang anak,
aku melihat seorang wanita yang melahirkan dan membesarkanku
Hanya Seorang Ibu yang dapat dengan mudah tersenyum kepada
anaknya dan mengatakan semuanya baik-baik saja
walaupun dia baru saja mendapat kecelakaan
Cinta seorang ibu kepada anaknya tak dapat
dibandingkan oleh apapun didunia
Tak ada hadiah darimu yang dapat mengimbangi
hadiah dari seorang ibu yaitu kehidupan
Sahabatku bukan Malaikat, Ia tak punya sayap, Ia tak bisa terbang ke langit,
Tapi Ia selalu membantuku untuk terbang...
Sahabatku bukan profesor, Ia biasa saja, Ia tak bisa menghapal lebih dari 100 kata,
Tapi Ia bisa menjelaskan dunia kepadaku...
Sahabatku bukan pelawak, Ia tidak lucu dan konyol, Ia juga bukan badut,Tapi Ia bisa menghiburku...
Sahabatku bukan Tuhan yang selalu mendengar kebutuhan dan harapkanku,
Tapi Ia membuatku mengerti jika Kami saling membutuhkan...
Continue reading...
 

BANNER my FRIEND's

APLICATION

free counters

public karjo Copyright © 2011 PERSIBA BALIKPAPAN Designed by fansberuangmadu Sponsored by sonysantoso